Selasa, 06 Maret 2012

Jalan Liwa – Krui

oleh Keluarga Besar Penggawa Lima (Marga Pedada)..."Krui" pada 20 Februari 2010 pukul 18:40 ·
Gambar ini diambil dari koleksi Rejang Lebong Blogspot. Sekedar untuk menambah wawasan kita mengenai akses menuju krui tempo dulu. Jalan Bintuhan – Krui Collection Westenenk,L.C 1915-1920Jalan Liwa – Krui
By Ngah Fe,

Jalan sepanjang 32 km yang menghubungkan Liwa dan Krui itu, membentang menyusuri lereng-lereng bukit Barisan Selatan dan berkelok-kelok diatas jurang-jurang yang curam serta dihimpit oleh tebing – tebing yang tinggi dengan hutan basah yang lebat.

Bagi kita orang Krui, sepanjang jalan itu sangat kita kenal mulai dari Pal 5 yang ada pancuran dan pemandian mobil, terus pal 6, pal 7, pal 8 dan pal 9 yang banyak kita jumpai orang berjualan Durian, Petai ataupun hasil hutan lainnya.
Kita tahu istilah Pal itu hanya sampai Pal 12, karena sampai batas itu masih banyak kebon–kebon Damar milik saudara-saudara kita. Lewat dari Pal 12 kita memasuki kawasan hutan Lindung Taman Bukit Barisan Selatan.
(sekedar info Kawasan Hutan Lindung dan kebon – kebon damar itu adalah tanah adat yang pada masa lalu dikuasai oleh Raja Alam).

Ternyata kata Pal itu adalah istilah dalam Bahasa Belanda untuk ukuran panjang Jalan.
Pada akhir abad ke 19, Jalan Liwa – Krui itu masih berupa jalan setapak dengan panjang seluruhnya 22 Pal .

Dalam pembangunannya Belanda mengerahkan orang-orang Krui yang tergabung dalam istilah kerja wajib atau kerja paksa.
Pada masa itu sekitar tahun 1927, Pasirah Penggawa Lima di pegang oleh Marsad bergelar Raja Mas Intan, Beliau mengatur dan memimpin Rakyatnya secara bergilir tiap minggu sampai bertahun-tahun lamanya, membangun jalan dari jalan setapak yang hanya bisa dilalui dengan berkuda sampai akhirnya menjadi jalan yang baik yang bisa dilalui oleh mobil–mobil Belanda, sehingga memudahkan Belanda mengangkut kopi dan sayur-sayuran dari Liwa dan sekitarnya.

Sebagai tambahan informasi menurut cerita nenek moyang kita, di Penggawa Lima pada masa lalu banyak terdapat kuda-kuda sebagai kendaraan mereka, tetapi kemudian berjalannya waktu, kuda-kuda itu diganti dengan beternak sapi, dan sapi dijadikan sebagai penarik gerobak, hingga sampai saat ini khususnya di Marga Pedada masih banyak memelihara sapi.


Sumber :
Bengkulu Tanah Harapan, Lindayati M. Hum
Tambo Krui oleh Haspian Kadir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar